KARAWANG - Dian Lestari Mandalika beradu dengan komposting dan tanaman. Tangannya yang terampil tengah merapikan bibit tomat dan cabai. Bibit-bibit itu dipersiapkan sebagai suvenir bagi siapa saja yang mengunjungi Saung Bali.
Saung Bali awalnya adalah kebun keluarga yang kurang terurus. Maklum, kebun itu berada di desa yang berbeda dari tempat tinggalnya. Belum lagi, masing-masing anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Sejak pandemi Covid-19 melanda, untuk membuang bosan, Dian dan keluarganya mencoba membenahi kebun itu. Awalnya sekedar membersihkan ilalang dan mencoba bercocok tanam.
"Lama kelamaan menjadi asyik. Toh, selama WFH tak ada kegiatan," ujar Dian, Founder Saung Bali, ditemui di Saung Bali, Sabtu (19/12/2020).
Sembari berkebun, Dian bersama dua saudari dan sang ibu bertukar pikiran. Masing-masing menyodorkan ide. Akhirnya jadilah Saung Bali. Masing-masing dibagi tugas. Ada yang bergelut dengan bibit, manajemen, hingga promosi dan mencari pendanaan.
"Kami ingin kebun kami ini juga memberikan manfaat bagi warga sekitar. Karenanya kami juga memberdayakan masyarakat sekitar," ucap Dian.
Letak Saung Bali dekat dengan Jembatan Bali yang belakangan ini menjadi favorit bagi para pesepeda.
Jaraknya sekitar 25 kilometer dari pusat kota Karawang, berada di pojok desa, perbatasan dengan Desa Babakan Renteng.
Patokannya dari tugu Desa Linggarsarsari masuk ke jalan desa sampai ada umbul-umbul biru Saung Bali, arah ke Jembatan Bali.
Nama Saung Bali sendiri singkatan dari Babakan Linggarsari. Saung Bali diresmikan pada Sabtu (5/12/2020) lalu oleh mantan Bupati Karawang Dadang S Muchtar. Ada pula beberapa kawan pegiat pariwisata yang hadir.
Tempat wisata keluarga yang dipadukan dengan konsep edukasi ini buka dari Senin hingga Kamis, Sabtu, dan Minggu mulai pukul 08.00 - 17.00 WIB. Sementara hari Jumat libur.
Karena masih pandemi, pengunjung diharapkan mematuhi penerapan protokol kesehatan.
Spot foto
Salah seorang pengunjung tengah berfoto di Saung Bali, Desa Linggarsari, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Karawang.
Di Saung Bali, pengunjung akan disuguhi beberapa spot foto, seperti jembatan capit hurang, pintu langit, sepeda jadul, dan spot utamanya adalah jembatan wayang.
Jembatan ini terletak di tengah sawah, salah satu sisinya berbentuk menyerupai gunungan pada kesenian wayang. Ada juga taman kelinci dan kebon kembang.
Di pintu masuk ada loket tiket yang bentuknya menyerupai "leuit", bangunan untuk menyimpan padi ala Sunda. Leuit ini sebagai simbol agraris atau bahasa sederhananya "nyawah".
"Tiket masuk Rp 10.000. Tiket tolong disimpan untuk ditukar dengan bibit tomat atau cabai saat hendak pulang," ungkap Dian.
Dian dan keluarganya kini tengah mematangkn konsep wisata edukasi, terutama bagi anak-anak sekolah. Di antaranya komposting dan bercocok tanam. Mulai dari sayuran, padi, kembang, hingga tumbuhan apotek hidup.
"Sedang kami matangkan. Tidak menutup kemungkinan menggandeng komunitas tertentu atau warga yang fokus di bidang tertentu, misal UMKM sekitar," ucapnya.
[Source: Kompas]
0 komentar:
Posting Komentar